Pujian Sejati

" MemujiMu dengan suaraku terasa cukup bagiku
namun semua ternyata lebih dari yang kukira
ku hanya peduli diriku, ku tak mau tau rinduMu
tak cukup hanya ku bernyanyi,
mengangkat suara tuk memuji
hidup memberi diri kepadaMu, itu kerinduanMu
tak cukup mulut yang memuji
tak cukup mulut yang bernyanyi
melakukan firmanMu, itulah pujian sejati "

Pujian sejati.
Lagu yang cukup singkat tapi sangat mengena.
Sudahkah kita merenungkan bagaimana kehidupan kita berjalan?
Sudahkah hidup kita menyuarakan pujian sejati bagi Dia?
Pertanyaan itu yang kini ada di benakku.
Apa arti hidupku?
Terkadang aku berpikir hidupku hanyalah seperti uap, sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.
atau bahkan mungkin sudah lenyap sejak awal. haha..
Tapi manusia hidup bukan untuk menjadi uap, kan?
Manusia hidup untuk menjadi arti bagi dunia sekitarnya.
Ya, benar.
Menjadi arti.
Sudahkah aku menjadi arti bagi dunia sekitarku?
Belum sama sekali.
Miris.
Tapi inilah HIDUP.
Bukan hidup namanya kalau hanya diisi dengan perasaan suka.
Duka juga perlu.
Karena lewat suka dan duka itulah, kita tau bahwa HIDUP SEDANG BERJALAN :)

sore - 17.17

sore jingga.

sama seperti langit sore yang jingga, demikian pulalah kehidupan ini.

indah tampak dari luar, tapi ternyata ada warna gelap yang mendukung langit menjadi tampak jingga.

ya, sore jingga! 

selamat sore jinggaaaaa :)

puisi masa lalu ~

Senyummu terlihat begitu damai

Aku ingin turut tersenyum bersamamu

Merasakan indahnya duniamu saat ini

Aku selalu ingin..

Aku tau kau bahagia

Aku tau senyummu tak akan hilang lagi

Bahkan saat gelap melingkupimu

Aku tau

Sangat tau

Tapi..

Aku lelah

Lelah menahan perasaan ini

Sejujurnya, senyummu menyakitkan

Senyummu menyayat hatiku

Aku tau aku egois

Aku tau aku tak pantas untuk itu

Aku jahat

Aku keji

Seharusnya aku berbahagia kan?

Seharusnya..

Lihatlah,

Dalam tidur pun senyummu terlihat sangat damai

Tak bisakah kau tersenyum bersamaku saja?

Tak bisakah?

Maafkan aku

Maafkan aku untuk perasaan ini

Aku tidak tau

Yang aku tau,

Hatiku masih terlalu kecil untuk melepas kepergianmu,

AYAH